TITRASI PERMANGANOMETRI
Standarisasi KMnO4 dan
Penentuan Kadar Zat Organik (KMnO4) pada Air Bersih
I.
Waktu
/ Tempat Praktikum : Rabu,7 Maret dan 14 Maret 2012 / Lab
Kimia Jur. Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
II.
Tujuan
1.
Mahasiswa dapat membuat larutan baku
KMnO4 0,1 N dan larutan KMnO4 0,01 N yang diperlukan
untuk titrasi
2.
Mahasiswa dapat melakukan pembakuan KMnO4
0,01 N dengan larutan asam oksalat 0,01 N.
3.
Mahasiswa dapat melakukan percobaan
titrasi pemeriksaan zat organik dengan metode permanganometri pada sampel air
bersih atau air limbah.
III.
Dasar
Teori
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih
dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat
yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang
dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
a. Ion-ion
Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4
berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat
inilah akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam
yang bersangkutan.
b. Ion-ion
Bad an Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4
berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam
suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam
oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
Metode
permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini
dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4-
+ 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Kalium
permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini
tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam
karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada
beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis
contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat . Reaksi dalam
suasana netral yaitu
MnO4 + 4H+
+ 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan
konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana
alkalis :
MnO4-
+ 3e → MnO42-
MnO42-
+ 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH
MnO4-
+ 2H2O + 3e → MnO2 +4OH
Reaksi ini lambat
dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini
larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang
ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam
air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat
sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu
menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca
yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan
banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan
lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini.
Sebagai contoh, permanganat adalah agen unsure pengoksida, yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+
+ 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan titrasi
permanganometri adalah Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan
efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan
larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4-
berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn- tidak berwarna,
dan disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber
kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan
pentiter KMnO4- pada buret Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar
akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna
merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+
+ 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
Penambahan KMnO4
yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4
+ O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2
↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat
menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.
Dalam bidang
industri, metode titrasi permanganometri dapat dimanfaatkan dalam pengolahan
air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai
dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan
apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
IV.
Prinsip
Permanganometri
adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium Permanganat
distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III)
oksida standar-standar primer. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna
merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.
Zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO4
dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi
dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
V.
Alat
dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
-
Buret 50 ml
-
Pipet volume
25 ml
-
Labu takar 500 ml
-
Labu takar 1000 ml
-
Kompor listrik
-
Erlenmeyer
-
Pipet Ukur
-
Ball Pipet
-
Gelas Beaker
|
-
KMnO4
-
Aquadest
-
Asam oksalat
-
H2SO4 pekat (36N)
-
Sampel air
|
VII.
Hasil
Pengamatan
a.
Standarisari Larutan KMnO4 0,01 N
Volume
titrasi I : 16 mL
Volume
titrasi II : 16,5 mL
Volume
titrasi III : 16,6 mL
Vol.
Rata – rata : 16,3 ml
Dalam
pengamatan, setelah dititrasi secara perlahan, larutan Asam oksalat dalam Erlenmeyer perlahan-lahan berubah warna bening menjadi
merah sangat muda. Hal tersebut menandakan bahwa larutan telah mencapai titik
ekuivalen.
b.
Penentuan Kadar Zat Organik (KMnO4) pada
Air Bersih
Standarisasi
KMnO4 dengan Asam Oksalat
Volume titrasi I :
10,2 mL
Volume titrasi II :
10,2 mL
Vol. Rata – rata :
10,2 ml
Penentuan Kadar
Zat Organik
Volume titrasi I :
1,2 mL
Volume titrasi II :
1,5 mL
Volume titrasi II :
1,6 mL
Vol. rata – rata :
1,43 mL
Dalam
pengamatan, setelah dititrasi secara perlahan, larutan sampel dalam Erlenmeyer perlahan-lahan berubah warna bening menjadi
merah sangat muda. Hal tersebut menandakan bahwa larutan telah mencapai titik
ekuivalen.
VIII.
Pembahasan
Permanganometri merupakan titrasi yang
dilakukan berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Reaksi
ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Pada percobaan ini antara KMnO4
direduksi oleh asam oksalat dan KMnO4 mengoksidasi zat organic dalam
air.
Dalam
percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4
encer. Karena ion MnO4- akan tereduksi menjadi Mn2+
dalam suasana asam oleh reaksi dengan atom H. Selain itu, asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi
dengan permanganat.
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi
warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat
melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini
menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi:
Oksidasi
: H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e-
Reduksi
: MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O
Dalam
percobaan pertama, standarisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat diperoleh
molaritasnya sebesar 0,0061 N. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan dari larutan
KMnO4 yang digunakan sudah lama dan telah melewati masa kadaluarsa
sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai. Maka dari itu sebaiknya
standarisasi dilakukan dengn bahan yang masih baik dan dilakukan setiap akan
melakukan titrasi permanganometri.
Hasil
standarisasi larutan KMnO4 pada praktikum hari ke dua didapatkan
hasil sebagai berikut: volume titrasi I sebesar 10,2 mL, volume titrasi II
sebesar 10,2 mL. Sehingga didapatkan konsentrasi KMnO4 sebesar 0,01 N dan factor
sebesar 0,98. Faktor ini merupakan factor ketelitian dalam melakukan
standarisasi.
Setelah
distandarisasi barulah dimulai penentuan kadar zat organic pada sampel air
bersih. Pada proses ini zat organic dioksidasi oleh KMnO4 lalu
dengan proses pemanasan diharapkan reaksi berlangsung lebih cepat. KMnO4
yang berlebih lalu direduksi oleh asam oksalat berlebih dan sisa asam oksalat
yang berlebih tersebut dititrasi lagi oleh KMnO4 sehingga didapat
volume titrasi.
Hasil
standarisasi sampel dengan KMnO4 adalah sebagai berikut: volume
titrasi I sebesar 1,2 ml, volume titrasi II sebesar 1,5 mL, dan volume titrasi
III sebesar 1,6 mL. dari hasil perhitungan kemudian didapatkan kadar zat
organic pada sampel air bersih sebesar 5,99 mg/L. Pada standar yang ada telah
ditetapkan bahwa standar maksimal kandungan zat organic yang diperbolehkan
dalam air bersih adalah 10 mg/L, sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan zat
organic pada sampel masih dalam batas yang wajar
IX.
Simpulan
1) Permanganometri
adalah titrasi dengan reaksi reduksi oksidasi oleh KMnO4 sebagai
titran terhadap bahan baku tertentu dalam hal ini asam oksalat dan zat organic
yang terkandung di sampel air.
2) Titrasi
ini tidak membutuhkan indicator dan titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah sangat muda.
3) Dalam
penentuan kadar zat organic dalam sampel air, didapatkan hasil 7,59 mg/L dan
hasil tersebut masih dalam batas normal.
X.
Saran
Praktikum ini
sudah berjalan dengan baik, tertib dan lancar. Dengan partisipasi penuh dari
semua dosen pembimbing. Namun, perlu ditingkatkan kedisiplinan dari seluruh
praktikan dalam menjalankan praktikum agar praktikum lebih lancar lagi.
Diperlukan juga pengarahan sebelum praktikum sehingga praktikan lebih memahami
apa yang akan dilakukan.
Daftar Pustaka
(akses tanggal 26 Maret 2012)
Satuan
Acara Praktikum Kimia Analitik (Semester II), Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Analis Kesehatan 2012
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-redoks/
(akses
tanggal 26 Maret 2012)
ode,,, duluan dia praktikum titrasi permanganometri,, hehe
BalasHapusbisa baca2 jdinya bwt praktikum besok,, :D
makasii,,, :D
yoi..sama2..nge share aja nii..:D
BalasHapusmkasi mbok ode informasinya,, lmyan bwat nmbah di laporan,, hehe
BalasHapus