Jumat, 08 Juni 2012

Lemak


BAB II
Pembahasan

2.1     Lemak dalam Tubuh Manusia
Lemak di dalam tubuh dibedakan atas lemak yang merupakan bagian sel, lemak yang merupakan simpanan energi dan lemak metabolik.
·         Lemak yang merupakan bagian sel berfungsi memperkuat sel terutama sebagai bagian membran sel. Fosfolipida merupakan bagain terbesar lemak pada membran sel.
·         Lemak yang merupakan simpanan energi berbentuk trigliserida, kebanyakan berupa lemak jenuh dan lemak tak jenuh tunggal. Jenis lemak dalam makanan sehari-hari mempengaruhi susunan lemak simpanan. Simpanan energi di dalam tubuh berbentuk lemak karena lemak dapat menyimpan energi lebih dari dua kali energi di dalam karbohidrat sehingga memerlukan tempat yang lebih kecil. Lemak yang merupakan simpanan energi berupa jaringan lemak. Sebagian jaringan lemak berupa lemak putih seperti yang terdapat di bawah kulit dan sekitar organ. Lemak tubuh yang mengandung lebih banyak darah tampak kecokelatan dan hanya terdapat di bagian tertentu tubuh, misalnya punggung bagian atas pada bayi. Lemak simpanan kecolekatan ini digunakan untuk mempertahankan suhu normal tubuh pada bayi.
·         Lemak metabolik merupakan lemak yang mengalami perubahan metabolik, menghasilkan zat khusus yang mempunyai arti penting secara hayati maupun gizi. Pelepasan energi yang terdapat di dalam lemak simpanan didahului oleh perubahan lemak itu ke dalam bentuk metabolik yang dapat diuraikan. Contoh lain kolesterol, yang mengalami perubahan di dalam kelenjar adrenal (anak ginjal) menjadi berbagai hormon steriod. Di dalam hati kolesterol diubah menjadi asam-asam empedu yang digunakan dalam pencernaan lemak yang tidak larut di dalam air, sedangkan sebagaian besar bagian tubuh misalnya darah, terdiri atas air. Karena itu pengangkutan lemak melalui darah terjadi dengan bantuan protein. Lemak diikat oleh protein menjadi lipoprotein.
Lemak simpanan tidak hanya berasal dari lemak makanan tetapi juga dari karbohidrat dan protein yang diubah menjadi lemak di dalam tubuh. Selama peredaran di dalam darah, lipoprotein dapat membawa kolesterol. Lipoprotein berdensitas rendah (low desnsity lipoprotein) mengangkut kolesterol dari hati ke sel. Lipoprotein berdensitas tinggi (high density lipoprotein) mengangkut kolesterol dari sel ke hati.

2.1.1 Fungsi Lemak
Pembicaraan mengenai lemak sering memberikan kesan seolah-olah lemak merupakan zat yang berbahaya. Orang yang menjaga kestabilan berat badannya atau orang yang ingin langsing, menghindari makanan berlemak seperti yang digoreng atau yang dimasak dengan santan. Orang yang mewaspadai penyakit jantung selalu memperhatikan kadar kolesterol di dalam makanan. Kehati-hatian tentu baik, tetapi tidak perlu takut terhadap lemak. Lemak di dalam makanan maupun di dalam tubuh mempunyai banyak fungsi.
Lemak di dalam makanan berfungsi:
ü Memberi rasa gurih, sedap, sehingga makanan menjadi lebih enak. Pada waktu dimasak pun, makanan berlemak lebih beraroma.
ü Menghasilkan kekenyangan lebih lama dari pada karbohidrat dan protein karena waktu untuk mencernakannya paling lama.
ü Memperkecil volume makanan sumber energi karena kandungan energi di dalam lemak lebih dari dua kali kandungan lemak di dalam karbohidrat dan protein. Hal ini sangat penting dalam pembuatan makanan bayi dan anak. Kapasitas lambung bayi dan anak terbatas, karena itu makanan mereka harus padat energi.
ü Sebagai sumber zat yang diperlukan oleh tubuh, terutama asam lemak esensial dan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak.
ü Menghasilkan penampilan dan tekstur makanan yang disukai. Es krim yang mengandung lemak tampil beda dari es loli yang dibuat dari larutan gula saja. Tekstur makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah lemak yang digunakan pada pembuatannya. Bandingkan tekstur roti, kue bolu dan klik (cake).
Hal ini sangat penting dalam pembuatan makanan untuk bayi dan anak balita yang kapasitas lambungnya masih kecil. Penggunaan lemak menghasilkan makanan padat energi, yaitu mengandung banyak energi dalam volume kecil.
Lemak di dalam tubuh mempunyai berbagai fungsi:
ü  Lemak merupakan sumber energi setelah karbohidrat. Kebutuhan energi tubuh hendaknya dipenuhi oleh konsumsi karbohidrat dan lemak agar protein dapat menjalankan fungsinya sebagai zat pembangun. Sebagai sumber energi lemak menghemat protein yaitu mengurangi jumlah protein yang digunakan sebagai sumber energi.
ü  Lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi berupa jaringan lemak.
ü  Lapisan lemak di bawah kulit merupakan insulator sehingga tubuh dapat mempertahankan suhu normal. Apabila lapisan lemak terlalu tebal, karena terlalu gemuk, pada cuaca panas orang akan kegerahan. Sebaliknya pada orang kurus, lapisan lemak dibabah kulit sangat tipis, pada cuaca dingin orang kurus akan kedinginan.
ü  Lemak merupakan bantal pelindung bagi organ vital seperti bola mata dan ginjal.
ü  Lemak diperlukan dalam penyerapan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Penyerapan karoten dari sayuran yang dimasak sebagai sayur asam lebih sedikit dari pada apabila dimasak sebagai sayur lodeh.


2.1.2 Metabolisme Lemak
Metabolisme adalah proses penguraian dan pembentukan kembali zat gizi di dalam tubuh. Proses ini dimulai dengan tahap pemasukan zat gizi yang dalam keadaan normal melalui proses makan.
Makanan yang mengandung lemak disukai karena rasanya yang gurih, aromanya yang sedap dan menimbulkan rasa lembut di dalam mulut. Sifat-sifat lemak tersebut mempermudah pemenuhan kecukupan lemak yang dianjurkan. Dengan kata lain, dalam hal pemasukkan lemak hampir tidak ditemukan masalah.
Pencernaan lemak lebih rumit dari pada pencernaan karbohidrat dan protein karena lemak tidak larut di dalam air. Di dalam mulut dan lambung terdapat enzim penguraian lemak, namun hampir seluruh pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus.
Segera setelah masuk ke dalam usus halus terjadi sekresi hormon kolesistokinin. Hormon ini mengakibatkan kandung empedu berkontraksi dan mengeluarkan empedu ke dalam duodenum. Empedu mengemulsikan lemak, yaitu memecah lemak menjadi globula sangat kecil dan berada dalam keadaan suspensi (menyebar) sehingga dapat diuraikan oleh enzim pengurai lemak. Empedu bersifat basa, membantu menetralkan gumpalan  yang bersifat asam. Suasana basa diperlukan agar enzim pengurai lemak yang diproduksi oleh pankreas dan sel-sel usus halus tetap bekerja.
Penguraian lemak menghasilkan monogliserida, digliserida, asam lemak, dan gliserol. Selanjutnya hasil uraian lemak bergabung lagi dengan empedu, membentuk misel yang larut di dalam air. Misel inilah yang dapat melalui sel usus sehingga hasil uraian lemak dapat diserap. Setelah mengantar hasil uraian lemak, empedu kembali ke kantung empedu. Gliserol dan asam lemak beratai pendek dan sedang diserap langsung ke dalam sirkulasi darah, karena larut dalam air. Selama dalam sirkulasi darah menujun sel, mereka bergabung dengan albumin darah sebagai pembawanya. Gliserida dibentuk kembali di dalam sel usus menjadi trigliserida. Trigliserida ini bergabung dengan suatu protein menjadi kilomikron, sejenis lipoprotein. Kilomikron masuk ke dalam sirkulasi limfe, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah. Sesampai di sel, lemak digunakan kembali untuk membangun atau disimpan sebagai cadangan energi atau digunakan untuk menghasilkan energi.
Selain kilomikron terdapat lipoprotein lain yang dibentuk oleh usus dan hati  untuk mengangkut lipida. Misalnya, lipoprotein pengangkut kolesterol. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) mengangkut kelesterol dari hati ke sel tubuh. Lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) mengangkut kolesterol dari sel ke hati. Makin banyak LDL, makin tinggi kadar kolesterol dalam darah. Sebaliknya makin banyak HDL, makin rendah kadar kolesterol dalam darah. Karena itu timbul sebutan LDL si kolesterol jahat dan HDL disebut si kolesterol baik.
Proses pencernaan memungkinkan penyerapan 95% lemak dari makanan, selebihnya keluar lagi bersama feses atau tinja. Hanya 10 – 50% kolesterol dari makanan yang diserap. Sebagian besar kolesterol di dalam sirkulasi darah merupakan produksi tubuh. Kadar kolesterol total di dalam darah 150 – 280 mg per dL (cooper at al). Kadar kolesterol tetap sebaiknya (desirable) kurang dari 250 mg per dL pada orang dewasa, dan kurang dari 170 mg per dL pada anak-anak (weighley et al.).

2.1.3 Kebutuhan Lemak
Tubuh manusia membutuhkan lemak sejak masa janin. Pada masa itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang sangat pesat. Masa penting perkembangan otak ialah pada pembelahan sel dini, yaitu pada waktu janin mendapat makanan dari plasenta 70% sel otak membela selama masa pertumbuhan janin. Pada awal pembentukan otak kandungan lipida di dalam otak meningkat karena lipida merupakan bagian dari membaran sel otak. Sekitar 50% bobot kering otak terdiri atas lipida dan 50% lipida itu terdiri atas asam lemak tak jenuh majemuk berantai panjang. Lipida juga merupakan bagian utama jaringan saraf.
Lipida merupakan bagian membran sel penerima cahaya pada retina. Sebagian besar asam lemak masuk ke dalam sel penerima cahaya pada masa pasca lahir. Namun ketersediaan asam lemak pada masa perinatal juga diperlukan untuk mencegah kerusakan fungsi retina termasuk penurunan ketajaman penglihatan.
Asam lemak yang terdapat banyak di dalam sel otak dan retina ialah asam dokosaheksaenoat (22 : 6 n-3). Otak juga menggunakan asam eikosatetraenoat (20 : 4n-6).
Kebutuhan lemak untuk digunakan sebagai bagain membran sel berlangsung terus. Selanjutnya lemak dari makanan dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi dan zat gizi esensial yaitu asam lemak esensial dan mungkin pula sebagai sumber vitamin larut dalam lemak.
Asam arakhidonat dan asam lemak tak majemuk tak berantai atom karbon 20 dan 22 merupakan penurun asam eikosaenoat. Asam-asam ini mempunyai sejumlah besar aktivitas fisiologi antara lain, kemampuan mengkontraksi otot halus, menghambat atau mendorong adhesi keping darah dan menyebabkan kontriksi atau dilatasi pembuluh darah yang mempergaruhi tekanan darah.
Salah satu eikosanoid yaitu prostasiklin yang terbentuk di dinding arteri merupakan penghambat kuat agregasi keping-keping darah. Prostasiklin melemaskan dinding arteri sehingga mendorong penurunan tekanan darah. Sebaliknya, tromboksan yang terdapat di dalam keping-keping darah, mendorong agregasi keping-keping darah sehingga dinding arteri berkontraksi dan mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Jumlah lemak yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari tidak ditetapkan. Pada daftar dianjurkan tidak terdapat angka untuk lemak. Namun apabila kita memperhatikan label pangan dalam kemasan, kita akan menjumpai angka kecukupan lemak. Angka kecukupan gizi untuk menghitung sumbagan zat gizi yang terkandung di dalam pangan terhadap pemenuhan kecukupan zat gizi.
Dalam hal lemak, angka kecukupan zat gizi untuk label pangan dapat digunakan sebagai pedoman konsumsi lemak sehari.
Anak usia 4 sampai 24 bulan misalnya dapat mengkonsumsi lemak sebanyak 30 gram atau 28, 4% kecukupan energi sehari. Lemak yang dikonsumsi harus mengandung 3 gram asam linoleat. Anak usia 2 – 5 tahun dapat mengkonsumsi 45 gram lemak sehari, atau 27% kecukupan energi. Asam linoleat yang dikonsumsi sehari 4,5 gram. Bagi orang dewasa, konsumsi lemak maksimum 55 gram atau 25% kecukupan energi sehari. Lemak yang dikonsumsi sebaiknya tidak mengandung asam lemak jenuh lebih dari 20 gram. Masukan kolesterol bagi orang dewasa sebaiknya kurang dari 300 mg sehari.
Mengapa hanya asam linoleat yang disebut, padahal asam linoleat dan asam asakidonat juga merupakan asam lemak esensial. Bahwa asam linoleat esensial bagi manusia, tidak diragukan lagi namun keesensiallan asam linoleat masih dipertanyakan. Karena sebagian besar lipida otak terditi dari turunan asam linoleat masuk akal untuk menganggap asam linoleat sebagai esensial. Asam arakidonat dapat dibentuk di dalam tubuh melalui proses perpanjangan rantai atom karbon dan pentidak jenuhan dari asam linoleat.
Maka apabila tubuh mendapat asam linoleat dan atau  asam linolenat dan proses tersebut masih berlangsung asam arakhidonat tidak harus ada makanan. Departemen Kesehatan UK pada tahun 1991 menetapkan, jumlah asam linoleat di dalam makanan sekurang-kurangnya 1% energi makanan, sedangkn jumlah asam linolenat sekurang-kurangnya 0,2% energi makanan yang dikonsumsi bayi, anak-anak, dan orang dewasa.
2.2     Komponen yang Terkandung dalam Lemak
Komponen penyusun lemak adalah :
a.       Gliserol
Pada suhu kamar, gliserol adalah zat cair yang tidak berwarna, netral terhadap lakmus, kental dan rasanya manis. Dalam keadaan murni bersifat higroskopis. Dehidrasi gliserol dapat terjadi karena penambahan KHSO4 pada suhu tinggi. Hasil dehidrasi adalah aldehid alifatik yang mempunyai aroma khas.
b.      Asam-asam Lemak
1. Keberadaan Asam Lemak
Asam lemak jarang terdapat bebas dialam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap (ini berarti banyak karena asam-asam lemak disintesa terutama dua karbon setiap kali). Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Walaupun asam lemak berantai linier terdapat dalam jumlah yang lebih besar dialam namun masih banyak jenis lain yang kita ketahui. Misalnya lemak wol dan sumber-sumber bacterial menghasilkan asam lemak yang berantai cabang. Juga ada asam lemak siklik. Misalnya asam lemak siklik tak jenuh, asam kaulmoograt adalah pereaksi penting untuk pengobatan penyakit kusta :

Bentuk sesungguhnya dari suatu asam lemak berkembang dari bentuk hidrokarbon induk. Konfigurasi ikatan rangkap dari asam-asam lemak yang terdapat dialam pada umumnya adalah cis :

Kenyataan bahwa alam lebih menyukai asam-asam lemak tak jenuh cis mungkin bertalian dengan pentingnya senyawa-senyawa ini dalam struktur membran biologi.

2. Klasifikasi Asam Lemak
a.    Klasifikasi asam lemak berdasarkan ikatannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dalam strukturnya. Beberapa contoh penting antara lain :
asam butirat, asam kaproat, asam kaprilat, asam laurat, asam miristat, asam stearat, asam arachidat
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai sebuah atau lebih ikatan rangkap 2 dalam struktur molekulnya. Beberapa contoh asam lemak tak jenuh :
 asam lemak palmitoleat, asam oleat, asam linoleat
b. Klasifikasi asam lemak berdasarkan dapat atau tidaknya disintesis oleh tubuh :
·      Asam lemak esensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh,tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Asam lemak ini diperoleh dari luar, yaitu dari lemak makanan. Asam ini mempunyai 2 buah atau lebih ikatan rangkap dua didalam struktur molekulnya. Contoh : asam linoleat, asam arachidat.
·      Asam lemak nonesensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan tubuh sendiri dapat mensintesisnya.

2.3     Klasifikasi Lemak
a.       Berdasarkan bentuknya pada suhu tertentu, lemak dibedakan :
·         Lemak padat, yaitu lemak yang ada pada temperatur udara biasanya berwujud pada. Contoh : gajih.
·         Lemak cair, yaitu lemak yang pada suhu udara biasa berbentuk cair. Contoh : etanol, minyak kelapa.
b.      Berdasarkan asal darimana lemak didapat, lemak dibedakan :
·         Lemak hewani, yaitu lemak yang didapat dari hewan.
·         Lemak nabati, yaitu lemak yang didapat dari tumbuhan.
c.       Berdasarkan ikatan rangkap yang terdapat di struktur molekul, lemak dibedakan:
·         Lemak tak jenuh, yaitu lemak yang mempunyai 1 atau lebih ikatan rangkap
·         Lemak jenuh, yaitu termasuk lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap pada asam lemak penyusunnya.
d.      Berdasarkan lemak penyusunnya, lemak dibedakan menjadi :
·         Lemak sederhana
·         Lemak berasam dua
·         Lemak berasam tiga

2.4     Identifikasi Lemak
Sifat-sifat fisik lemak adalah :
ü  Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
 Sifat-sifat kimia lemak adalah :
ü  Lemak netral dengan unit penyusunnya. Asam lemak yang rantai     karbonnya panjang tidak larut dalam air, larut dengan pelarut organic.
ü  Titik lebur lemak dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya ikatan rangkap dari asam lemak yang menjadi penyusunnya.
 Dari sifat – sifat tersebut, dapat dilakukan identifikasi Lemak dengan beberapa uji, antara lain:
1.      Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Scy Tech Encyclopedia 2008).
2.      Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Scy Tech Encyclopedia 2008).
3.      Uji Ketidakjenuhan Lipid
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocok dan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak (Scy Tech Encyclopedia 2008).
4.      Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu, 2007).
5.      Uji Salkowski untuk kolesterol
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2008).
6.      Uji Lieberman Buchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua (WikiAnswers, 2008).
2.5     Akibat Kekurangan dan Kelebihan Lemak
Makanan sumber lemak biasanya lebih mahal dari pada makanan sumber karbohidrat. Bandingkan misalnya, harga 1 kg beras dan harga 1 kg minyak goreng. Karena itu dikonsumsi lemak biasanya dipengaruhi oleh tingkat penghasilan. Apabila penghasilan bertambah, konsumsi lemak meningkat, dan sebaliknya.
Kenyataan di Indonesia, masyarakat berpenghasilan rendah mengkonsumsi lemak kurang dari 10% konsumsi energi. Golongan masyarakat ini perlu meningkatkan konsumsi lemak. Sebaliknya masyarakat berpenghasilan tinggi cenderung mengkonsumsi lemak berlebihan sehingga harus mengurangi konsumsi lemak.
Akibat apa yang ditimbulkan oleh konsumsi rendah lemak? Kekurangan asam lemak esensial (Omega -3 dan Omega -6) pada masa janin mengakibatkan penurunan pada pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak yang terganggu akan mengakibatkan penurunan fungsi otak, yaitu kemampuan kognitif rendah, yang tidak dapat diperbaiki kemudian.
Kekurangan asam linoleat pada anak-anak dan orang dewasa mengakibatkan kelainan pada kulit yaitu ekzema. Pada ekzema kulit mengalami inflamasi yaitu radang disertai panas kering dan bersisik. Ekzema terjadi pada bayi yang mendapat makanan  Ekzema terjadi pada bayi yang mendapat makanan mengandung asam linoleat kurang dari 0,1% energi makanan. Pada orang dewasa ekzema terjadi jika makanan tidak mengandung lemak. Untuk memenuhi kecukupan asam lemak esensial, susu formula bayi sekarang ditambah asam linolenat sehingga rasio asam linoleat terhadap asam linolenat mendekati 5 : 1.
Akibat kekurangan asam lemak esensial pertama kali ditemukan pada anak-anak yang mendapat makanan yang dapat dikatakan tanpa lemak. 400 bayi yang diberi makanan yang mengandung asam linoleat dalam jumlah yang berbeda. Anak-anak yang mendapat makanan dengan kandungan asam linoleat kurang dari 0,1% energi makanan menunjukkan gejala kekurangan asam lemak esensial.
Akibat kekurangan asam lemak esensial pada orang dewasa diamati pada seorang pria yang ususnya dibuang, disisakan sepanjang 60 cm. Kemudian dia mendapat makanan tanpa lemak melalui vena saja. Setelah 100 hari dia menderita radang kulit bersisik.
Kekurangan lemak mengakibatkan perubahan pada komposisi asam lemak di berbagai jaringan, terutama membran sel. Selain itu terjadi penurunan efisiensi produksi energi di dalam sel.
Penyerapan vitamin larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K rendah jka makanan sehari-hari mengandung sedikit lemak. Kandungan vitamin-vitamin tersebut di dalam hidangan makanan rendah lemak mungkin juga sedikit.
Akibat apa yang ditimbulkan oleh konsumsi berlebih lemak? Konsumsi berlebih lemak akan mengakibatkan kegemukan karena kadar energi di dalam lemak lebih dari 2 kali kadar energi di dalam karbohidrat. Rasa makanan berlemak yang umumnya enak, cenderung mendorong konsumsi berlebih. Kegemukan berkaitan dengan timbulnya penyakit kronis seperti jantung dan pembuluh darah dan diabetes melitus.
Peningkatan kadar kolesterol di dalam darah merupakan faktor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah dengan gejala awal tekanan darah tinggi (hipertensi) kebiasaan dan pola makan berperan besar dalam pengendalian kadar kolesterol di dalam darah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar normal kolesterol di dalam darah meliputi mempertahankan berat badan normal, tidak mengkonsumsi berlebih lemak dan lemak jenuh, mengatur keseimbangan konsumsi asam lemak tak jenuh dan menguranggi konsumsi makanan berkadar tinggi kolesterol.
Penelitian di Jepang menunjukkan, konsumsi berlebih asam lemak linoleat dan perubahan pada keseimbangan asam lemak esensial yang dikonsumsi mengakibatkan tubuh hiperaktif terhadap berbagai zat penyebab alergi. Meningkatkan rasio asam lemak Omega -3 atau Omega -6 di dalam sel berperan dalam alergi dan inflamasi akan menurunkan reaktifitas tubuh terhadap alergi dan inflamasi.
Pengamatan pada hewan percobaan menunjukkan konsumsi berlebih lemak jenuh maupun lemak tak jenuh, mendorong terjadinya pertumbuhan tumor. Perlu diingat, faktor resiko kanker banyak sekali, makanan hanya salah satu di antaranya. Perubahan dan pola makana tidak menjamin seseorang terhindar dari kanker.
Penelitian pada hewan menunjukkan, untuk menghindari penyakit kronis seyogyanya konsumsi asam lemak Omega -6 dikurangi dan konsumsi asam lemak Omega -3 ditingkatkan. Konsumsi asam linolenat sebanyak 8,4% energi menunjukkan hasil terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar