Jumat, 24 Februari 2012

Jenis Komunikasi


Nama   : Luh Gede Yoni Asta Suri
NIM    : P07134011007
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Denpasar
Tugas Komunikasi

Soal.
1.      Jelaskan pengertian dari jenis – jenis komunikasi yang ada!
2.      Studi Kasus:
Di kota Denpasar banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan siap santap kepada konsumen. Tetapi karena keterbatasan sarana dan persediaan air, para pedagang kurang memperhatikan sanitasi dan hygiene. Di RSUP Sanglah tercatat meningkatnya kasus diare dan hepatitis A.
Sebagai tenaga analis kesehatan, apa yang saudara dapat lakukan untuk mengatasi hal tersebut? (menggunakan 5 langkah metodologi komunikasi kesehatan)

Jawaban.
1.      Jenis – jenis komunikasi:
§      Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka. Komunikasi lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan alat seperti telepon, handphone, VoIP dan lain sebagainya karena adanya jarak antara si pembicara dengan lawan bicara.
§      Komunikasi Tulisan
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, e-mail, dan lain sebagainya.
Komunikasi tulisan juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah, buku-buku. Gambar dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara tulisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan dan lain sebagainya.
§      Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis. Dimana komunikasi ini terkadang juga dalam komunikasi lisan ataupun tulisan.
§      Komunikasi nonverbal
Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
Jenis – jenis komunikasi non-verbal:
·         Komunikasi objek
·         Sentuhan
·         Gerak
·         Lingkungan
ª      Komunikasi Agresif
Komunikasi agresif adalah komunikasi yang lebih didominasi oleh satu pihak, sedangkan pihak yang lainnya hanya sebagai pendengar/pasif. Komunikasi agresif ini biasanya bersifat mengendalikan lawan bicaranya.
Ciri-ciri komunikasi agresif adalah :
§  Lebih menekankan pada kemauan/kehendaknya sendiri
§  Bernada keras dan bermusuhan
§  Menginterupsi pembicaraan lawan bicaranya
§  Menggunakan kata-kata yang memojokkan lawan bicara
§  Beragumentasi dengan berbagai cara agar apa yang dikemukakannya menang
ª      Komunikasi Pasif
Komunikasi pasif merupakan lawan dari komunikasi agresif. Pelaku komunikasi pasif biasanya membiarkan dirinya menjadi pendengar dan tidak mampu mempertahankan pendapatnya sendiri secara langsung.
Ciri-ciri komunikasi pasif :
§  Lebih banyak mendengar dan tidak mengungkapkan apa keinginan atau pikirannya
§  Mengikuti kata-kata atau kemauan orang lain yang menjadi lawan bicaranya untuk menghindari konflik atau keributan
§  Minta maaf berlebihan
§  Tidak biasa mengambil keputusan
§  Tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkannya
ª      Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif adalah komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan saling menghargai. Komunikasi secara asertif ini tidak mementingkan dirinya sendiri namun memperhatikan pula apa yang dibicarakan lawan bicaranya sehingga tercipta komunikasi yang saling menjaga perasaan.
Ciri-ciri komunikasi asertif :
§  Saling terbuka dan jujur terhadap pendapat diri sendiri dan orang lain
§  Mendengarkan dan memahami pendapat orang lain
§  Mencari solusi dan keputusan secara bersama-sama
§  Menghargai pendapat orang lain dan juga diri sendiri. Walau timbul konflik, komunikasi ini akan mencari solusi untuk menyelesaikan konflik tersebut
2.      Menurut kasus yang terjadi, dapat diatasi dengan menggunakan 5 langkah metodologi komunikasi kesehatan, yaitu:
·      Penilaian
Dalam tahap ini, dilakukan beberapa langkah:
ü Meninjau sasaran
Sasaran dalam kasus ini adalah pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan siap santap kepada konsumen dimana sasaran ini tidak mengindahkan masalah hygiene dan sanitasi dalam barang jualan mereka. Disini, dilakukan peninjauan untuk mengetahui seberapa besar kesadaran sasaran terhadap kebersihan barang dagangannya.
Juga ditinjau tingkat pengetahuan sasaran mengenai hygiene dan sanitasi serta seberapa banyak informasi yang didapat sasaran mengenai hygiene dan sanitasi. Selain itu dilakukan peninjauan mengenai usaha sasaran untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi pada barang dagangannya dalam kaitannya dengan keterbatasan sarana dan ketersediaan air.
ü Melakukan penilaian terhadap kebijaksanaan dan program yang ada
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap kebijaksaan pemerintah dan lingkungan sekitar area sasaran berjualan yang dapat memberi manfaat untuk peningkatan hygiene dan sanitasi. Juga program yang telah ada, apakah sudah dapat mendukung terwujudnya hygiene dan sanitasi yang baik.
ü Mencari lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program
Dari 2 tahap sebelumnya, dapat ditentukan lembaga atau organisasi yang berpotensi ikut serta mendukung program yang telah ada sehingga dapat melancarkan program tersebut.
·      Perencanaan
Tahap ini dilakukan setelah tahap penilaian selesai terlaksana. Dari tahap sebelumnya, dapat disusun suatu tekhnik komunikasi untuk mengatasi masalah hygiene dan sanitasi ini.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
-       Menentukan tujuan dari komunikasi kesehatan ini yang erat hubungannya dengan hygiene dan sanitasi
-       Mengembangkan pesan yang akan disampaikan kepada sasaran berdasar pada fakta yang terjadi di lapangan, dalam hal ini, fakta mengenai meningkatnya kasus diare dan hepatitis A di RSUP Sanglah.
-       Memilih media komunikasi sesuai tingkat pengetahuan sasaran
-       Merencanakan pendukungan untuk menjalankan program peningkatan hygiene dan sanitasi
-       Menyusun rencana kegiatan untuk melakukan komunikasi kesehatan dengan sasaran.
·      Pre-test
Pada tahap ini, dilakukan uji coba terhadap kegiatan yang telah direncanakan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan hygiene dan sanitasi pada sasaran. Yang berhubungan dengan masalah keterbatasan sarana dan ketersediaan air bersih. Misalnya menguji coba kan kebiasaan mencuci piring bekas pakai dengan sabun dan air bersih. Setelah itu dapat dipresentasikan tingkat keberhasilannya.
·      Penyampaian
Setelah melakukan uji coba dan apabila presentasi tingkat keberhasilannya tinggi, dapat dilakukan penyampaian kegiatan kepada sasaran berdasar pada uji coba tersebut. Dimana disampaikan melalui pesan yang telah dikemas sedemikian rupa dan melalui media komunikasi yang tepat sehingga dapat dimengerti dan diterapkan dengan baik oleh sasaran dalam kegiatannya berjualan.
·      Pemantauan
Ini adalah tahap untuk memantau seberapa berhasilnya kegiatan yang telah dilakukan. Apakah sudah mampu mencapai tujuan kegiatan yang diinginkan di awal. Dan dilihat dari pengaruhnya terhadap konsumen terutama kasus diare dan hepatitis A. Setelah dilakukan pemantauan apabila hasilnya belum menunjukan keberhasilan yang berarti, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan tahap diulang kembali ke perencanaan untuk kegiatan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar