Minggu, 14 Juli 2013

Penentuan Kadar Parasetamol

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.        Tujuan Umum
                               Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet menggunakan spektrofotometri uv-vis
2.        Tujuan Khusus
a.    Dapat membuat kurva hubungan konsentrasi parasetamol dan absorbansi pada panjang gelombang maksimum.
b.    Dapat membuat persamaan regresi linier.
c.    Dapat menentukan kadar parasetamol dalam tablet dengan spektrofotometri UV-Vis dengan kurva kalibrasi regreasi dan persamaan garis regresi linier

II. Latar Belakang
                        Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya atau diatas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Suhu normal manusia berkisar antara 36-370 C. Demam merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti dengan naiknya suhu (Widjaja, 2001).
                        Parasetamol atau asetaminofen adalah obat yang dapat digunakan untuk meredakan demam. Selain itu Parasetamol juga dapat digunaan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Parasetamol aman dan dapat memberikan efek bila diberikan dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
                       
                        Untuk mengetahui seberapa kandungan atau jumlah zat paracetamol dalam suatu obat, maka perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1.  Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Natrium hidroksida  juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Dalam kegiatan praktikum penentuan kadar parasetamol dalam sampel tablet, NaOH difungsikan sebagai pelarut untuk melarutkan sampel parasetamol. Dalam kegiatan praktikum, larutan NaOH yang dibuat memiliki konsentrasi 0,1 N, dimana prosedur pembuatannya adalah dengan melarutkan 4 gram NaOH padat yang kemudian dilarutkan dalam 1000 mL aquades atau air suling bebas CO2. Penggunaan air suling bebas CO2 dimaksudkan untuk menghindari terjadinya reaksi antara NaOH dengan CO2 yang dapat membentuk senyawa (Na2CO3 2 NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O) yang dapat menjadi pengotor dalam proses analisis parasetamol.

5.2. Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol
Parasetamol atau asetaminen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik selesma dan flu. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darahginjal, atau duktus arteriosus pada janin.
Dalam kegiatan praktikum penentuan parasetamol , terlebih dahulu disiapkan larutan stok baku, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti dan digunakan sebagai larutan induk. Pembuatan larutan stok baku parasetamol dibuat dengan cara melarutkan 1 mg parasetamol kedalam 100 mL NaOH 1 N sehingga didapatkan kadar 0,01 mg/ml. Namun, dalam kegiatan praktikum didapatkan kendala dalam proses penimbangan dimana batas deteksi neraca yang digunakan adalah 10 mg , sehingga perlu dilakukan pengenceran 10 mg parasetamol dalam 10 mL NaOH atau dengan konsentrasi 1mg/mL (1000µg/mL), untuk mendapatkan larutan dengan kadar 10µg/mL maka dari larutan dengan konsentrasi 1000µg/mL dilakukan pemipetan sebanyak 1 ml dan ditambahkan NaOH hingga didapatkan volume 100 mL  sehingga didapatkan kadar larutan stok baku sebesar 10µg/mL atau 0,01 mg/mL.

5.3 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol
Pada umumnya analisa kuantitatif yang menggunakan instrument spektrofotometer membutuhkan penentuan panjang gelombang maksimum, dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimal terhadap kompleks warna yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Dalam kegiatan praktikum penentuan panjang gelombang maksimal , terlebih dahulu diasumsikan absorban larutan adalah pada 0,434, sehingga dapat ditentukan konsentrasi larutan yang akan dibuat dengan menggunakan persamaan lambert – beer yang mana didapatkan konsentrasi larutan yang dapat memberikan absorbansi 0,434 adalah 6,07 µg/mL. sehingga dari larutan stok baku yang dibuat dilakukan pemipetan sebanyak 6,07 mL yang selanjutnya dilarutkan dengan NaOH hingga volume 10 mL yang kemudian diukur dengan panjang gelombang 220 – 300 nm dan didapatkan panjang gelombang maksimum pada 256 nm, sehingga dalam penentuan kadar parasetamol digunakan panjang gelombang tersebut. Menurut teori, panjang gelombang maksimum untuk parasetamol adalah 257, namun karena pada praktikum ini rentang panjang gelombang yang digunakan adalah 3, maka panjang gelombang 256 bisa digunakan karena mendekati nilai tersebut. Jika dilihat dalam table absorbansi panjang gelombang maksimum, absorbansi tertinggi diperoleh pada panjang gelombang 220 nm, namun nilai ini tidak digunakan karena pada panjang gelombang tersebut, larutan yang dideteksi tidak hanya parasetamol, namun jg pengotor pada larutan, sehingga bukan merupakan hasil absorbansi murni larutan. Penggunaan panjang gelombang maksimal dalam analisa kuantitatif dengan spektrofotometer merupakan hal yang penting, hal ini dikarenakan :
a.       Pada panjang gelombang maksimal, kepekaanya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
b.      Di sekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi datar , dan pada kondisi tersebut hokum Lambert – Beer akan terpenuhi
c.       Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika digunakan panjang gelombang maksimal.

5.4 Ekstraksi Dan Penetapan Kadar Parasetamol dari Tablet
Proses preparasi diawali dengan penimbangan bobot tablet paracetamol sebanyak 20 tablet,dimana penggunaan satu tablet parasetamol belum dapat mewakili kadar parasetamol pada sebagian besar tablet karena tidak pasti antara satu tablet dengan tablet yang lain mengandung jumlah parasetamol yang sama sehingga parasetamol yang ditimbang adalah sebanyak 20 tablet. Berat total dari 20 tablet adalah sebanyak 13,5171 gram. Tablet yang telah ditimbang tersebut digerus hingga homogen. Kemudian ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan 100 ml NaOH 0.1 N dalam labu ukur lalu dikocok atau dihomogenkan selama 10 menit untuk mengoptimalkan proses pelarutan paracetamol dengan NaOH 0.1 N. Larutan paracetamol hasil ekstraksi disaring dan dipipet sebanyak 5 ml kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu ukur 250 ml sampai tanda batas. Dalam praktikum ini dibuat 2 sampel dengan cara pengerjaan yang sama dalam sampel parasetamol yang sama sehingga mendapat dua data hasil pengukuran. .Larutan sampel parasetamol diukur absorbansinya pada panjang gelombang 256 nm dan diperoleh hasil absorbansi:
1.                  sampel I           : 0,525
2.                  sampel II         : 0,526
Dari nilai absorbansi ini dapat dihitung kadar paracetamol dengan menggunakan persamaan regresi  linear yang diperoleh pada kurva kalibrasi larutan standar paracetamol.
5.5 Pembuatan Larutan Standar Untuk UJi Linierritas
Didalam membuat kurva standar perlu dibuat beberapa konsentrasi larutan dari larutan stok baku parasetamol 0,01 mg/ml. Menurut Gandjar dan Rohman dalam bukunya yang berjudul Kimia Farmasi Analisis dicantumkan bahwa rentang absorbansi yang memberikan kesalah terkecil pada metode validasi adalah 0,2 – 0,8 A. Oleh sebab itulah dalam pembuatan kurva standar ini digunakan beberapa konsentrasi yang memberikan rentang absorbansi antara 0,2 sampai 0,8 A.  Dan setelah diketahui bahwa rentang absorbansi yang memberikan kesalah terkecil adalah 0,2 – 0,8 A. Dimana, didalam pembuatan larutan ini, digunakan NaOH dengan konsentrasi 0,01 N.
Setelah diketahui bahwa absorbansi maksimumnya 0,8 dan minimumnya 0,2 A, selanjutnya dihitung konsentrasi larutan yang harus dibuat dengan menggunakan rumus :  , dimana nilai A adalah absorbansi yang ingin dicapai,  bernilai 715 dan b adalah 1. Dari sini kita dapat menentukan konsentrasi berpakah dari absorbansi maksimum dan minimum.
Setelah dilakukan perhitungan, didapat bahwa absorbansi maksimum, didapat pada konsentrasi 0,011 mg/ml, sedangkan absorbansi minimum pada konsentrasi 0,0028 mg/ml. sehingga dari hasil ini didapat bahwa konsentrasi larutan standar yang dibuat adalah 0,0028 mg/ml, 0,004 mg/ml, 0,005 mg/ml, 0,006 mg/ml, 0,007 mg/ml, 0,008 mg/ml, 0,009 mg/ml dan 0,01 mg/ml.
Untuk membuat larutan tersebut dibuat dari larutan stok baku parasetamol 0,01 mg/ml dan diencerkan hingga volumenya menjadi 10 ml dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Untuk mengetahui berapa jumlah NaOH yang dipipet, digunakanlah rumus pengenceran V1  x M1 = V2  x M2 . setelah didapat larutan standar dengan berbagai konsentrasi tersebut, selanjutnya dipindahkan masing – masing larutan
tersebut kedalam masing – masing botol vial dan diberi label sesuai konsentrasi larutan standar.

5.6 Pembuatan kurva Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi atau kurva standar bertujuan untuk mengetahui linieritas hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansinya, sehingga praktikan tahu apakah langkah kerja yang dilakukan telah sesuai atau tidak. Agar memperoleh hasil akurat dalam penentuan absorbansi parasetamol pada sampel. Didalam pembuatan kurva kalibrasi, digunakanlah hasil pengukuran absorbansi dari masing – masing larutan standar yang telah dibuat dengan menggunakan spektrofotometer Merck SHIMADZU Uv mini-1240, pada panjang gelombang maksimum, yaitu 256 nm. Didalam pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer ini, digunakan kuvet yang terbuat dari kuarsa yang berbentuk persegi panjang. Dimana kuvet ini merupakan kuvet yang paling bagus untuk pengukuran absorbansi.
Didalam pengukuran absorbansi ini, perlu dilakukan pembilasan pada kuvet dengan larutan yang akan diukur dan pastikan bagian kuvet yang berwarna bening bersih dengan Tissue kering dan jangan sampai tersentuh dengan tangan. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi absorbansi.
Setelah didapat absorbansi dari masing – masing konsentrai larutan, dilakukan pembuatan kurva dengan memplot antara konsntrasi ( sumbu x) dan absorbansi sampel ( sumbu y), lalu titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Selanjutnya ditentukan kelinieritasnya dengan menggunakan koefisien korelasi. Dimana kurva tersebut dapat dikatakan linear, jika nilai koefisien korelasinya mendekati satu (1).
Dan setelah diplot dalam kurva, didapat hasil bahwa kurvanya hamper linier, dimana koefisien korelasinya mendekati satu, namun garis yang terbentuk tidak lurus. Penyimpangan dari garis lurus ini dapat disebabkan oleh adanya kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu, serta reaksi ikutan yang terjadi. Setelah data absorbansi dan konsentrasi dimasukkan dalam persamaan garis linier, diperoleh kurva yang membentuk garis lurus, dimana menyatakan bahwa kurva standar yang dibuat telah linier atau hubungan antara konsentrasi dan absorbansi sudah linier.

Hal – hal yang harus diperhatikan
Didalam praktikum kali ini, ada beberapa hal yang hendaknya perlu diperhatikan, agar hasil yang didapat merupakan kondisi yang sesungguhnya dari sampel yang diperiksa , yaitu :
·         Haluskan sampel parasetamol dari 20 tablet secara sempurna, baru ditimbang sesuai kebutuhan, dengan tujuan agar hasil yang dihasilkan representative.
·         Gunakan peralatan yang bersih, bebas dari pengotor atau kontaminan serta dipastikan benar – benar kering bila perlu dibilas terlebih dahulu dengan larutan kerja
·         Teliti didalam melakukan penimbangan maupun pemipetan
·         Gunakan kuvet yang bersih dan dibilas sebelumnya dengan larutan yang akan diukur absorbansinya
·         Beri label pada masing – masing larutan untuk mencegah terjadinya tertukarnya sampel.
·         Pastikan sktrofotometer yang digunakan telah dipanaskan sebelumnya untuk mengoptimalkan kerja alat itu sendiri.



BAB VI
SIMPULAN 

6.1 Simpulan
1.      Pada praktikum ini hubungan konsentrasi dan absorbansi parasetamol dinyatakan dalam bentuk kurva, dimana diperoleh garis lurus yang menyatakan hubungan linier antara konsentrasi parasetamol dan absorbansi pada panjang gelombang maksimum, yaitu 256 nm.
2.      Persamaan regresi yang diperoleh pada praktikum ini berdasarkan Hukum Lambert-Beer adalah y = 51,32x – 0,00865.
3.      Kadar parasetamol pada sampel yang diperiksa pada praktikum ini adalah 0,01040 mg/ml. hasil ini diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi diatas.